Seperti dikutip dari situs Discovery, Philip England dari Oxford University dan James Jackson dari Cambridge University mengatakan bahwa gempa di pinggir lempeng relatif sudah banyak dipelajari. Namun, sebenarnya ancaman yang lebih besar mengintai di wilayah lempeng benua.
"Tingkat kematian yang terjadi akibat gempa di wilayah dalam lempeng kontinen, seringkali lebih dari 5 persen penduduk, bahkan bisa mencapai 30 persen," kata hasil penelitian England dan Jackson, yang telah dipublikasikan pada jurnalNatural Geoscience.
Gempa di Jepang yang terjadi di bagian timur laut Jepang Maret lalu, kata mereka, memakan 25 ribu korban jiwa. Namun, jumlah itu ternyata masih tergolong sedikit, karena hanya 0,4 persen dari penduduk yang terekspos oleh gempa.
Bahkan, kebanyakan dari korban, meninggal akibat tsunami yang menyusul, bukan akibat gempa. Sebab, penduduk Jepang termasuk penduduk yang telah terlatih menghadapi gempa, dan bangunan-bangunan di sana juga sudah dirancang lebih tahan terhadap gempa.
Padahal, dari penelitian England dan Jackson, selama 120 tahun terakhir, telah terjadi sekitar 130 gempa yang menewaskan lebih dari seribu orang, di seluruh dunia. Sekitar 100 gempa tadi, terjadi di bagian dalam lempeng benua dan menyebabkan 1,4 juta orang tewas.
Sementara, gempa yang terjadi di daerah pinggiran lempeng ternyata hanya memakan 800 ribu korban jiwa, atau hanya sekitar separuh dari korban yang disebabkan oleh tsunami.
Di antara gempa-gempa maut yang terjadi di bagian dalam lempeng, adalah gempa di Bam Iran (2003, dengan korban 300 ribu jiwa), Muzzafarabad Pakistan (2005, 75 ribu jiwa), dan Wenchuan China (2008, 70 ribu jiwa).
Menurut penelitian, besarnya korban jiwa pada gempa ini, disebabkan oleh lemahnya pemetaan daerah rawan gempa di daerah ini. Patahan di daerah itu memang lebih kompleks, bergerak dengan kecepatan yang sangat lambat, bahkan butuh hingga ribuan tahun sebelum akhirnya benar-benar gempa.
Namun, riset di daerah-daerah ini sama pentingnya dengan riset yang dilakukan di daerah pinggiran lempeng. England dan Jackson merekomendasikan agar riset segera dilakukan di patahan-patahan mulai dari 10 juta km persegi dari sabuk Alpine Himalaya, yang terbujur dari Italia, Yunani, Turki, terus ke Timur Tengah, Iran, Asia Tengah, hingga China.
"Ancaman di daerah ini semakin bertambah seiring dengan jutaan penduduk yang bermigrasi di lokasi ini setiap tahunnya. Sebab, di masa lalu, gempa di daerah ini tidak banyak memakan korban karena populasinya lebih kecil."