Ilmuwan berhasil menemukan sumber potensial bahan bakar yang berpotensi menjadi energi masa depan. Menariknya lagi, sumber ini bisa memberi banyak energi. Apa itu?
Namun bahan bakar berbahan dasar alga ini berpotensi membebani lingkungan. Di sisi lain, sumber ini mampu menghasilkan energi untuk transportasi dengan jumlah yang patut diperhitungkan dibanding kanola dan rumput.
Alga bisa dengan mudah ditanam di tanah berkualitas rendah yang biasanya sulit digunakan untuk menumbuhkan tanaman panen seperti jagung. "Dari sisi lingkungan, bahan bakar berbasis alga memiliki perpaduan kinerja dengan sumber biomassa lain," ujar profesor rekasaya Andres F. Clarens dan Lisa M. Colosi.
Produksi biodiesel berbasis alga butuh lebih banyak energi saat proses pembuatannya menggunakan minyak tanah dibanding biodiesel. Selain itu, produksi ini butuh air dalam jumlah besar dan memancarkan lebih banyak gas rumah kaca.
“Jika kita memperhitungkan jarak jauh dengan SUV yang butuh banyak bahan bakar, alga perlu dipertimbangkan untuk produksi massal,” ujarnya.
Namun jika perhatian lebih pada penggunaan energi, perubahan iklim dan pasokan air, maka cara terbaik memanfaatkan kanola dan rumput perlu diketahui, lanjutnya.
Dampak buruk dan keuntungan lingkungan terkait produksi beragam bahan bakar bio perlu dipertimbangkan. “Bahan alternatif umumnya membawa beban yang tak terlihat. Termasuk pada ethanol dan kini kita melihatnya pada gas,” tutupnya seperti ditulis
UPI.
ADS HERE !!!